
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
...“Sholat adalah sesuatu hal yg tidak PENTING?”
kecuali untuk orang yg BERSYUKUR dan beriman
Mengapa harus fokus dengan kata
BERSYUKUR…?
Karena dengan sholat-lah ‘media’ kita untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Analogi sederhana
Saat kita masih kecil, dibelikan Ayah mainan, apa yg kita lakukan? Kita pasti
akan memeluk Ayah kita dgn perasaan haru dan riang dgn tak lupa mengucapkan
kata “terimakasih ya Ayah! aq sayang Ayah…”
Saat kita sekolah SD, kita naik kelas, dpt rangking yg bgus, apa yg kita
lakukan? Kita pasti akan berusaha membelikan kado terindah untuk Bpk/Ibu Guru
kita, dgn tak lupa mengucapkan kata “terimakasih y Bpk/Ibu Guru atas segala
ilmu bermanfaat yg telah kami dapatkan..”
Tapi apa yg sudah kita lakukan untuk mensyukuri nikmat-karunia Allah yg telah
diberikan kpda kita?
Aku tidak pernah dapat apa-apa dari Allah!!
Pernah mungkin kita berpikir dalam hati, dari dulu sampai sekarang aku masih
begini-begini aja. Apanya yg harus disyukuri? Kenapa aq harus sholat? Penting y
sholat?
Coba renungkan, degan tidak terjadi sesuatu apapun dengan kita Sehat itu
sebenarnya merupakan nikmat-karuniaNya untuk kita sederhana sekali bukan??
Mari kita renungkan sejenak:
Jika dicabut nikmat melihat kita oleh Allah. Masih bisakah kita melihat,
memandang, dan mengagumi keagungan ciptaanNya?
Jika dicabut nikmat mendengar kita oleh Allah. Masih bisakah kita mendengar
lantunan merdu ayat-ayat suciNya, masih bisakah kita mendengarkan seruan adzan
yg memanggil kita u/ menghadapNya?
Jika dicabut nikmat berbicara kita oleh Allah. Masih bisakah kita melantukan
puji-pujian padaNya, masih bisakah kita melafalkan ayat-ayatNya yang dpt
menenteramkan hati dan jiwa?
Dan sadarkah kita, setiap hembus nafas kita adalah kuasaNya? Dan apa yg terjadi
jika Allah mencabut semua nikmat-karuniaNya kepada kita?
Masihkah kita tidak BERSYUKUR??
Mari kita Renungkan pula yag ini pula:
Bila kita sakit, apakah kita ingin cepat sembuh? Pasti kita sepakat menjawab,
Iya!
Bila kita menginginkan sesuatu hal, apakah kita ingin semua itu cepat terwujudkan?
Pasti kita sepakat menjawab, Iya!
[Sebuah analogi sederhana]
Ada penjual nasi uduk langganan kita yang buka tpt jam 5 pagi, smntra itu kita
dtng ke tempatnya jam 6 , ternyata di sana sudah bnyk antrian pembeli yg tidak
sabar minta dilayani. Hampir dikatakan kita ada di antrian terakhir. Apa
kemungkinan yg akan terjadi? Bisa jadi kita masih lama dilayani, bisa jadi pula
kita hanya mendapat sisa-sisa, dan bahkan kita gak kebagian karena nasi uduk
itu sdh habis!!
Bagaimana jika itu terjadi terhadap kita saat di hadapanNya? Kita ingin
kesehatan, kita ingin kemuliaan, kita ingin limpahan rizkiNya, kita ingin semua
yg kita harapkan dpt cpt terwujudkan, tpi kita sllu ‘terlambat’ untuk
menghdapNya, kita selalu berada di barisan terakhir untuk memohon kepadaNya,
karena kita sllu menunda waktu sholat kita
Apapun bentuk nikmat-karuniaNya, kita harus BERSYUKUR kepada Allah SWT, dengan
menunaikan sholat, bersedekah, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada
sesama, dengan senantiasa menjalankan sgla perintahNya dan menjauhi sgla
laranganNya.
Dan masihkah kita tetap tidak sholat? masihkah kita bolong-bolong sholatnya?
Dan masihkah kita ingin menunda-nunda waktu sholat kita??
Mari kita belajar bersama, mulai dari sekarang, tekadkan untuk menjadi insan yg
lebih baik dan bertakwa, amin
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan
jika kamu mengingkari nimat-Ku sesungguhnya azab-Ku amat pedih. Ibrahim (14):7
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Al-Ankabut (29):45
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Thaha (20):132
Hendaklah setiap orang membayangkan bagiamana keadaan dirinya pada saat dia
dipikul pada pundak-pundak orang-orang yang memikulnya, lalu diletakkan
menyendiri pada lubang, gelap gulitatanpa teman, sahabat, harta dan anak-anak,
kubur menjadi tempat tinggalnya, tanah menjadi ranjangnya, ulat-ulat menjadi
teman yang menyertainya, pada saat itu harta tidak bermanfaat, jabatan tidak
member arti apapun, begitu juga dengan penghargaan-penghargaan.